Tombak vs Perisai

Cerita ini diambil dari sebuah peribahasa Mandarin yaitu “自相矛盾” (Zi xiang mao dun) yang menceritakan mengenai seorang penjual senjata di zaman dinasti Chu.  Ada seorang penjual senjata yang datang pagi-pagi ke pasar, lalu menderetkan senjata-senjatanya berupa tombak dan perisai.

Terlebih dahulu ia mengambil tombak dan berteriak ke orang yang berlalu-lalang di pasar. “Hai kalian, lihatlah tombak saya ini, tombak dengan ujung pisau yang lancip, kuat dan juga kokoh. Tidak ada perisai yang tidak bisa ditembus olehnya!”

Kemudian, ia pun mengambil perisainya sambil berteriak ke orang-orang. “Lihat perisai saya ini, terbuat dari besi baja yang kuat, keras, tahan banting dan tahan dari semua tusukan tombak apapun! Ayo cepat beli perisai dan tombak saya, saya jamin tidak ada yang bisa mengalahkan Anda di medan perang nanti!”

Mendengar suara lantang dan kata-kata dari penjual tersebut, orang-orang sibuk mengerumuni dan berebut untuk membeli tombak dan perisainya. Namun, dari kerumunan orang tadi ada seorang pria berkata pada si penjual “Hei penjual! Kalau Anda menjual perisai yang tidak bisa ditembus dengan tombak apapun, berarti tombak kamu bukan yang terbaik. Begitu juga kalau tombak kamu bisa menembus segala macam perisai, berarti perisai kamu bukan yang terbaik. Bagaimana bisa kamu bilang tombak dan perisai kamu yang terbaik?”

Tidak disangka, orang-orang yang ingin membeli perisai dan tombak si penjual menjadi mengurungkan niatnya dan berpikir bahwa perkataan penjual tersebut hanya omong-kosong belaka, mereka pun meninggalkan dagangan penjual tersebut satu per satu. Si penjual pun juga menyesal karena “omongan besarnya” malah membuat dagangannya tidak laku, dan ia pun pulang tanpa hasil.

Cerita ini sangat terkenal dari zaman dahulu hingga sekarang, di mana menggambarkan “omongan besar” seseorang apabila tidak diteliti lebih lanjut, selain bisa merugikan orang lain juga tentu merugikan dirinya sendiri. Oleh sebab itu, sebagai orang Xiu Dao (Siu Tao), jagalah omongan dan tindakan untuk tetap selaras, mengurangi cerita yang mengada-ada supaya tidak dicap “penipu” oleh orang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published.