Kedamaian Hakiki

Sejak dahulu kala, kedamaian adalah hal yang selalu diidam-idamkan oleh manusia. Rakyat mendambakan kedamaian negaranya. Setiap anggota keluarga pun mendambakan kedamaian di rumah.

Melihat dari sejarah, kedamaian baru bisa tercipta dengan harga yang mahal. Lalu, di manakah letaknya kedamaian itu? Apakah terhalang dengan ego manusia? Kedamaian hakiki (kedamaian yang sebenarnya) terlihat sederhana, tetapi jauh di awang-awang bagi sebagian orang.

Peradaban manusia tidak lepas dari proses naik turunnya sebuah kedamaian. Diawali oleh hiruk-pikuk atau kekacauan, lalu terwujudlah kedamaian, kemudian kekacauan lagi, kedamaian lagi, dst. entah sampai kapan. Layaknya sebuah siklus atau roda kehidupan, kedamaian dan kekacauan terus berganti mengikuti ego manusia, bagaikan sebuah slogan yang didambakan, tetapi sulit diterapkan.

Mewujudkan kedamaian hakiki hendaknya dimulai dari berdamai dengan diri sendiri, yaitu menemukan kedamaian di dalam hati yang dapat menenangkan gejolak batin. Tiga hal berikut ini mungkin bisa membantu kita menemukan kedamaian di dalam hati.

  1. Memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan sebuah proses.
    Kehidupan ini adalah sebuah proses. Ada pertemuan dan perpisahan yang mungkin berakhir ketika kita tiada, tetapi mungkin juga setelah itu, kita masih mengalaminya di dimensi lain. Tidak ada yang lepas dari proses, semua terjadi di dalam lingkaran Taiji (太极), ada yin dan yang, dan segalanya bisa berubah. Dengan menyadari ini, batin kita tentu akan lebih tenang dan tidak terbelenggu oleh kekacauan yang sebetulnya hanya sementara.
  2. Menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kewajaran.
    Ada sebab ada akibat. Keduanya saling berkaitan satu sama lain. Ada hari ini karena hari kemarin telah berlalu dan ada hari esok yang masih menjadi misteri. Apa yang kita perbuat sekarang akan berakibat setelahnya, baik positif maupun negatif. Apa yang menimpa diri kita sekarang merupakan akibat perbuatan kita sendiri pada masa lalu. Di kemudian hari akan terjadi apa, ditentukan oleh tindakan kita yang sekarang. Hal-hal yang terjadi di luar nalar kita, seperti matahari terbit atau tenggelam, hujan gerimis atau hujan badai, air mengalir ke sungai dan laut, dan sebagainya seperti sudah ada yang mengatur, termasuk jalan takdir kita juga sudah diatur. Jadi bukankah semua terlihat wajar saja?
  3. Tidak menyesal atas apa yang telah terjadi.
    Kegundahan hati manusia sebagian besar disebabkan oleh ego yang tidak bisa menerima kenyataan yang terjadi dan adanya rasa penyesalan. Bisa dikatakan ini adalah batu sandungan terbesar seseorang untuk bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk setidaknya berpikir tiga kali sebelum melakukan atau berkata sesuatu. Ketika sesuatu sudah dilakukan atau dikatakan, maka segala konsekuensi yang muncul harus kita hadapi tanpa penyesalan. Jika ternyata yang kita lakukan itu salah, maka yang sudah berlalu tidak perlu disesali, tetapi diperbaiki saja agar lebih baik di masa depan.

Dengan begitu, batin kita lebih tenang dan dalam menghadapi setiap masalah, kita bisa dengan cepat meredam gejolak hati yang muncul. Jika setiap orang bisa berdamai dengan dirinya sendiri, tentu kedamaian hakiki bukan lagi sebuah angan-angan dan bukanlah sesuatu yang berat untuk diperjuangkan dengan harga yang mahal.

Leave a Reply

Your email address will not be published.