Membuang Pesimisku

Ada kalanya kita memaksakan diri untuk mengikuti apa yang dikehendaki oleh orang lain di sekitar kita. Kita menantang diri kita untuk melakukan berbagai hal baru, inovasi baru, dan pemikiran baru. Kita memaksa diri kita untuk mengorek dan mengasah lebih dalam lagi untuk menghasilkan sesuatu yang baru.

Namun, tidak dipungkiri bahwa sebagai manusia biasa, kita kadang menginginkan sebuah kebebasan tanpa tekanan apa pun. Kita merasa asyik dan nyaman apabila bermalas-malasan dan sama sekali tidak berusaha melakukan hal yang seharusnya bisa kita lakukan.

Akan tetapi, kita perlu memikirkan hal berikut lebih jauh lagi. Apabila dalam kehidupan ini sudah tidak ada tantangan dan kita melalui kehidupan yang hanya biasa-biasa saja, apakah kita sedang mengalami sebuah kemunduran? Saya rasa iya.

Kalau dilihat dari satu sudut pandang, hidup tanpa tantangan merupakan idaman sebagian orang yang merasa nyaman bila dapat menikmati kemalasan. Namun, dari sudut pandang yang lain, hidup tanpa tantangan bisa membuat kita lengah dan mengalami kemunduran sebab kita tidak lagi melakukan kegiatan yang bermanfaat, terutama bagi orang lain.

Terkadang kita harus memaksa diri kita untuk melakukan apa yang seharusnya bisa kita lakukan. Di hadapan orang lain, kita harus bersikap profesional karena orang lain hanya mengetahui apa yang tampak dari luar. Berikut ini salah satu kalimat ungkapan yang sering diucapkan oleh banyak orang dari berbagai kalangan di masyarakat. 知人, 知面, 不知心 (zhī rén, zhī miàn, bù zhī xīn) artinya hanya mengetahui sosok luar manusia, tetapi tidak mengetahui isi hatinya. Dengan kata lain, kita tidak tahu apakah yang dilakukan seseorang sama dengan apa yang dipikirkan olehnya. Seseorang mungkin mengatakan “iya” karena gengsi pertemanan saja, tetapi sebenarnya dalam hatinya mengatakan “tidak”.

Hal ini sering terjadi dalam kegiatan kerja kelompok, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Kerja sama dalam kelompok seharusnya didasari oleh kemauan dan niat yang baik. Penilaian potensi diri perlu dilakukan, baik oleh diri sendiri maupun dari orang sekitar. Kita sebisa mungkin banyak mengorek informasi untuk mengetahui potensi diri kita.

Setelah mengetahui bahwa diri kita mau dan mampu, langkah selanjutnya adalah melakukannya dengan baik. Jangan putus asa, jangan larut dalam kemalasan, dan jangan pesimis dalam memandang berbagai hal! Kita juga harus merevisi diri menjadi lebih baik daripada sebelumnya, berpandangan seluas-luasnya, serta mengasah wu (kesadaran) agar kita menjadi lebih bijaksana dalam melakukan berbagai hal.

Tahukah kamu? Memaksakan diri untuk melakukan hal yang seharusnya bisa dan mampu kita lakukan sama artinya dengan berusaha membuat diri kita lebih maju lho. Kita bukan malah berjalan di tempat, bahkan mengalami kemunduran. Batu giok menjadi bernilai karena diasah, bukan? Mari kita berlomba mengasah diri menjadi batu giok yang indah dan sempurna!

Leave a Reply

Your email address will not be published.