Emas dan Garam

Pada suatu hari diadakan pertemuan tahunan antar kepala desa yang dilaksanakan di desa yang dipimpin oleh Tuan Liu. Desa Tuan Liu merupakan penghasil garam terbesar di distrik tersebut dan menjadi pemasok garam bagi desa-desa di sekitarnya. Ketika perjamuan dimulai, istri Tuan Liu menghidangkan makanan yang sudah disiapkan. Tamu-tamu makan dengan sangat lahap dan memuji rasa masakan yang dihidangkan.

Setelah perjamuan selesai, para kepala desa bercengkerama. Setiap kepala desa menceritakan kelebihan desa masing-masing. Di antara mereka, ada Tuan Hong yang terkenal dan dikagumi oleh para kepala desa karena desa yang dipimpinnya menghasilkan emas dan bahan tambang berharga lainnya. Desa Tuan Hong dapat dikatakan sebagai desa terkaya di distrik tersebut. Tidak jarang ada yang iri hati terhadap Tuan Hong. Setelah bercengkerama, pertemuan berakhir dan para kepala desa kembali ke desa masing-masing.

Setelah pertemuan tersebut, Tuan Liu merenung dan berkata, “Desa saya hanya menghasilkan garam yang nilainya tidak seberapa. Andaikan desa saya menghasilkan banyak emas, maka saya akan dihormati oleh para kepala desa.” Lalu Tuan Liu bersembahyang setiap hari agar desanya dapat menghasilkan emas seperti desa Tuan Hong.

Suatu pagi, desa Tuan Liu dihebohkan dengan ditemukannya tumpukan emas yang menggunung di semua gudang penyimpanan garam, tetapi anehnya di dalam gudang tersebut tidak ada garam sama sekali. Hal tersebut juga terjadi di rumah-rumah warga desa. Seluruh tempat penyimpanan garam di rumah warga desa berisikan emas. Melihat ini Tuan Liu sangat senang. Tidak sabar ingin menyombongkan banyaknya emas di desanya, Tuan Liu langsung mengadakan pertemuan dengan para kepala desa.

Saat para kepala desa tiba di desa Tuan Liu, mereka takjub dengan banyaknya emas di desa tersebut dan memuji Tuan Liu. Tuan Liu merasa bangga. Selanjutnya, perjamuan dimulai dan makanan dihidangkan. Namun, tamu-tamu merasa kecewa karena hidangan yang disajikan tidak enak dan mereka pulang dengan kecewa. Tuan Liu yang bingung lalu bertanya kepada istrinya, “Mengapa makanan yang disajikan tidak enak?” Istri Tuan Liu menjelaskan bahwa ia tidak dapat menemukan sebutir garam pun di desa, bahkan ketika mencoba membeli garam dari desa tetangga, saat dibawa masuk ke desa Tuan Liu, garam tersebut tiba-tiba berubah menjadi emas.

Mendengar hal itu, Tuan Liu tersadar bahwa garam yang dimilikinya jauh lebih berharga dibandingkan emas. Selama ini, dengan garam yang dihasilkan desanya, ia dapat memperoleh emas dari hasil penjualan garam. Namun sekarang, dengan banyaknya emas yang ia miliki, sebutir garam pun tidak dapat diperolehnya.

Makna cerita ini adalah manusia sebaiknya menghindari keserakahan dan iri hati, kemudian lebih mensyukuri dan mengembangkan kelebihan yang dimiliki. Daripada fokus mengejar apa yang tidak kita miliki, lebih baik berusaha dan belajar untuk mengembangkan apa yang menjadi kelebihan kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published.