Sebagian orang sering mengabaikan kebiasaan buruk yang dianggap sepele oleh dirinya sendiri. Padahal, meskipun itu sepele, kalau tidak diperbaiki akan merugikan diri kita dan melekat dengan karakter kita. Contohnya adalah sering terlambat alias ngaret.
Misalnya, seseorang mendapat kesempatan untuk menjadi fufak atau petugas acara di taokuan, tetapi datang terlambat 15-20 menit. Alasannya jalanan macet, masih menemani klien, sopir ojek online kesulitan mencari alamat rumah, dan sebagainya. Sementara teman-teman lain yang sudah siap bertugas dan para umat yang hadir harus menunggu. Waktu 15-20 menit ini seharusnya bisa dimanfaatkan untuk melakukan tugas dengan baik, tetapi malah mengakibatkan persiapan yang kurang sempurna. Wajar kalau orang lain menjadi kecewa dan jengkel. Apalagi kalau hal tersebut tidak hanya sekali atau dua kali, tetapi berulang kali terjadi.
Begitu kita bersedia menerima tugas, sudah seharusnya kita menyiapkan waktu dan mengantisipasi hal-hal di luar kendali kita yang mungkin bisa menghambat kita dalam melaksanakan tugas. Untuk mengantisipasi kemacetan di jalan, kita harus berangkat lebih awal. Kalau ada klien yang belum selesai ditangani, kita sebaiknya minta bantuan rekan kerja yang lain atau mengatur jadwal bertemu klien pada waktu yang jauh dari waktu kita bertugas. Seseorang yang sering datang terlambat saat bertugas akan dinilai sebagai orang yang kurang bertanggung jawab dan menyepelekan tugas yang diberikan. Mengapa harus diberikan tugas kepada orang-orang yang demikian? Lebih baik tugas diberikan kepada orang lain yang sanggup, selalu hadir tepat waktu, dan siap membantu.
Bagi petugas acara di taokuan, memberikan pelayanan kepada umat adalah suatu bentuk gong de sekaligus sebagai ajang untuk merevisi diri sendiri. Apabila sudah tidak diberikan kepercayaan untuk bertugas karena sering datang terlambat, siapa yang rugi? Bila ada kesempatan berbuat kebaikan, seharusnya jangan dilewatkan dan lakukan yang terbaik!
Berikut ini beberapa cara supaya kita memiliki kebiasaan tepat waktu.
- Memiliki mindset bahwa apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang penting untuk diri kita sendiri dan menyangkut kepentingan orang banyak
Buatlah pembicaraan dengan diri kita sendiri, “Saya berjanji untuk bertemu dengan A pada pukul 14.00 dan saya akan tiba tepat waktu. Kasihan A kalau menunggu lama. Siapa tahu kelak kita dapat bekerja sama. Jadi saya tidak boleh mengecewakannya. Saya harus menjadi orang yang bisa dipercaya dan bertanggung jawab.”
- Menghitung waktu mundur
Apabila kita berjanji untuk bertemu pada pukul 14.00 dan membutuhkan waktu kira-kira 30 menit untuk sampai ke tempat pertemuan, 5 menit untuk mencari tempat parkir atau menunggu ojek, dan tambahan waktu 25 menit untuk berjaga-jaga apabila terjadi hal-hal di luar kendali (jalan macet, hujan, dll.), maka kita harus berangkat pukul 13.00 atau 1 jam lebih awal daripada waktu pertemuan tersebut.
- Memiliki prinsip lebih baik tiba sebelum waktunya daripada terlambat
Mempunyai teman yang sering terlambat benar-benar menjengkelkan meskipun teman ini memiliki hati yang baik. Kebiasaan terlambat membuat kita tidak nyaman untuk bekerja dalam tim atau sekadar mengajak bertemu. Siapa yang suka menunggu berlama-lama? Tanamkanlah sikap untuk menghargai waktu orang lain! Dengan begitu kita juga menghargai diri sendiri.
Merevisi diri sendiri dimulai dari hal-hal kecil. Seiring berjalannya waktu, tanpa terasa kita telah berubah menjadi diri yang lebih baik.
Leave a Reply