Bunga di Tengah Tumpukan Sampah

“Jadilah seperti setangkai bunga di tengah-tengah tumpukan sampah.

Walaupun lingkungan sekitar sangatlah berbau tidak sedap, bunga tersebut dapat tetap mempertahankan wanginya.”

Kata-kata mutiara ini menganjurkan kita untuk tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitar kita yang negatif. Namun, apakah hal ini mungkin? Kenyataannya, setangkai bunga yang diletakkan berhari-hari di tempat pembuangan sampah akan menjadi bau juga, tidak peduli seberapa wangi bunga ini. Hal ini menunjukkan bahwa manusia cenderung terbentuk dan terpengaruh oleh lingkungannya. Seseorang yang hidup di lingkungan yang negatif selama bertahun-tahun akan cenderung tumbuh menjadi manusia yang berperilaku negatif juga.

Lalu apa yang harus kita lakukan agar diri kita tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif di lingkungan kita? Hal pertama yang harus dilakukan tentu adalah mengubah lingkungan kita. Cobalah kita perhatikan orang-orang yang paling dekat dengan kita. Kita pasti dapat menemui persamaan dari orang-orang tersebut. Sebagai contoh, apabila seseorang suka bergosip, maka ia akan cocok dengan lingkungan pergaulan yang juga suka bergosip. Selain itu, ia akan merasa tidak cocok dengan orang-orang yang tidak suka bergosip. Maka dari itu, temukanlah lingkungan pergaulan dan teman-teman yang membawa dampak positif bagi diri kita. Bergaulah dengan orang-orang yang lebih hebat daripada kita, maka kita akan terpengaruh untuk selalu merevisi diri kita. Sebaliknya, jauhi orang atau lingkungan yang negatif apabila kita tidak ingin terpengaruh olehnya.

Hal yang kedua adalah dengan menjadi “tidak ada” atau “menembus”. Setangkai bunga di tengah tumpukan sampah dapat menjadi berbau karena ia masih memiliki wujud fisik yang nyata. Artinya, aroma bau dari sampah dapat selalu tertiup angin dan menempel di batang, kelopak, dan daun dari setangkai bunga tersebut. Bunga tersebut dapat mempertahankan wanginya apabila ia sudah tidak lagi memiliki wujud fisik, sehingga bau dari sampah tembus dan tidak mengenai bunga itu. Lalu apa hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari? Hal ini berarti bahwa kita harus mulai untuk tidak mengedepankan keinginan, hasrat, ambisi, harga diri, dan lain-lain. Apabila diri kita sudah seperti suatu benda yang tidak terlihat/tembus, maka kita sudah tidak bisa lagi menjadi sasaran tembak orang lain. Artinya, hinaan, fitnah, dan omongan kasar dari orang lain sudah tidak bisa mengenai kita apabila diri kita sudah “tidak ada”. Hal ini memang sedikit membingungkan. Namun, cobalah untuk merenungkan hal ini secara perlahan. Manusia merasa terhina karena ia mempunyai harga diri. Manusia merasa tersakiti karena ia mempunyai ekspektasi/harapan. Manusia merasa kecewa karena ia mempunyai keinginan. Hanya dengan tidak terbelenggu oleh hal-hal tersebut, barulah kita tidak akan terpengaruh oleh hal-hal negatif di lingkungan. Seolah-olah hal-hal negatif itu hanya melayang dan menembus melewati kita, tidak mengganggu perasaan dan pikiran kita untuk selamanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.