Pujian Orang Lain Bukan Ukuran Keberhargaan Diri

Pernahkah kita merasa, saat mendapat pujian dari orang lain, hari kita menjadi lebih indah, kita menjadi semangat melakukan berbagai hal, dan terlebih lagi, tiba-tiba kita merasa berharga? Bagaimana dengan sebaliknya, saat mendapatkan teguran atau kritikan dari orang lain, apakah kita menjadi bad mood seharian, tidak bersemangat, dan seketika merasa tidak berharga?

Jangan jadikan pujian ataupun kritikan dari orang lain sebagai tolak ukur seberapa berharganya diri kita. Yang berhak menentukan keberhargaan kita adalah diri kita sendiri. Semua orang pernah melakukan kesalahan. Semua orang pernah mengecewakan orang lain. Jangan biarkan hal tersebut mendefinisikan nilai-nilai diri kita.

Rasa keberhargaan diri bisa mulai ditanamkan sejak dini di dalam rumah, di dalam keluarga. Sebagai contoh, misalkan ada orang tua yang memiliki anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Orang tua tersebut menuntut si anak untuk mendapatkan nilai akademis yang bagus. Saat mendapatkan nilai bagus, sang ayah membelikan hadiah-hadiah, sang ibu memberikan pujian-pujian. Namun, saat si anak mendapatkan nilai yang jelek, sang ayah menghukum anaknya, sang ibu memarahi dan membentaknya.

Hal-hal seperti ini lama-kelamaan akan terbenam di dalam diri dan alam bawah sadar si anak. Bilamana ia melakukan hal yang bagus dan berprestasi, maka ia akan disayangi banyak orang. Apabila ia melakukan hal yang kurang membanggakan sengaja ataupun tidak, maka ia merasa tidak disayang. Makin lama ia akan tumbuh menjadi pribadi yang mengandalkan pujian-pujian atau kritikan-kritikan sebagai ukuran keberhargaan dirinya.

Contoh lainnya, seorang pria muda yang bekerja di sebuah perusahaan, sering dimarahi oleh atasannya karena kelalaian dan ketidaktelitiannya. Setiap habis dimarahi, ia merasa dirinya adalah sebuah kegagalan. Setelah berada di luar kantor pun, ia merasa dirinya adalah orang yang sangat bodoh dan memalukan di mana pun ia berada. Saat kita mengalami kegagalan di sebuah bidang tertentu, kita tidak perlu berpendapat bahwa kita adalah manusia yang “kurang”.

Salah satu manfaat siutao adalah kita diajarkan perlunya merevisi diri terus dan terus, sehingga saat mengalami masalah atau hambatan, solusi kita adalah merevisi diri. Bukan bergerak mundur, tetapi maju agar menjadi lebih baik lagi. Tentu kita perlu ingat bahwa masing-masing diri kita ini berharga, tanpa perlu validasi dari orang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published.