
Dari usia belia, kita selalu ditanamkan pemikiran tentang bagaimana cara meraih suatu keberhasilan. Biasanya pandangan tersebut kita dapatkan dari pendidikan keluarga ataupun melalui pendidikan di sekolah, baik oleh orang tua dan juga pengajar–pengajar di sekolah. Mereka mengajari bagaimana cara belajar untuk mencapai predikat tertinggi di sekolah maupun di dalam lingkungan masyarakat sekitar kita. Bahkan ketika berinteraksi dengan suatu organisasi atau kelompok masyarakat, disadari atau tidak, pandangan tersebut secara naluriah mendorong kita untuk menuju satu hal yang disebut dengan istilah KEBERHASILAN.
Keberhasilan itu dapat dinilai menurut versi diri sendiri atau pandangan masyarakat pada umumnya. Itu sudah menjadi suatu kepastian bahwa setiap manusia mempunyai satu harapan untuk menggapai suatu tujuan tertentu, yaitu mencapai kesuksesan dalam hidupnya.
Banyak motivator yang bermunculan beberapa tahun terakhir ini. Mereka mengumandangkan berbagai motivasi ulung menurut cara pandang mereka sendiri. Harapannya adalah agar suara mereka didengar dan masyarakat negeri ini mempunyai semangat untuk bangkit dari keterpurukan.
Disisi lain, mereka juga mempunyai hal yang ingin dicapai, yaitu pengakuan publik atas keberhasilannya sebagai motivator ulung nomor wahid. Namun apakah selama ini kita menyadari, bahwa tidak banyak dari mereka yang berbicara tentang sisi lain dari keberhasilan itu sendiri, yaitu kegagalan. Kegagalan merupakan salah satu akibat dari proses menuju keberhasilan dan semua orang pasti pernah mengalaminya.
Kegagalan ibarat seperti “momok” bagi setiap manusia dalam menjalani setiap tahap proses kehidupan. Disebut dengan istilah momok karena kegagalan begitu menakutkan bagi setiap orang yang mengalaminya. Hal tersebut juga menjadi trauma tersendiri bagi sebagian orang karena terasa begitu sakit dan pilu, sehingga kita menjadikan kegagalan ibarat pil pahit dalam kehidupan.
Ketika mengalami sebuah kegagalan, biasanya yang terpancar adalah gambaran kekecewaan dan kemarahan. Tidak adanya fokus dan arah pandang yang benar. Semua hal terlihat begitu sempit dalam pandangan kacamata diri sendiri. Seolah–olah pikiran jernih dan positif menjadi tertutup oleh tirai kabut yang tebal. Segala tindakan yang dilakukan saat itu bisa saja menimbulkan masalah baru dan membuat situasi semakin memburuk.
Dalam situasi tersebut, beberapa orang mungkin saja gegabah dalam menyelesaikan permasalahan hidupnya. Beberapa ada yang cuek dan pura–pura tidak peduli, lalu kemudian mereka meninggalkan “masalah” tanpa pernah menyelesaikannya.
Dalam sebuah kegagalan pasti menyisakan masalah–masalah pribadi yang cukup rumit. Apabila tidak segera diselesaikan maka hal itu akan menjadi sebuah beban yang semakin berat dan kompleks untuk diselesaikan.
Banyak cara menyelesaikan masalah dengan baik, akan tetapi alangkah baiknya apabila penyelesaian masalah dimulai dari introspeksi diri sendiri terlebih dulu. Dimulai dengan melihat apa saja kekurangan dan kelemahan yang menjadi faktor kegagalan diri kita. Lalu dengan menyadari apa saja kesalahan yang telah dilakukan selama ini.
Setelah menyadari semua itu, mulailah secara konsisten berusaha melupakan kegagalan masa lalu dan bangkit dengan optimisme semangat yang baru. Secara bersamaan, tentukan arah tujuannya kembali dan susunlah langkah yang baru untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.
Secara sederhana apa yang telah dipaparkan tadi mungkin saja terlihat begitu mudah untuk dilakukan. Akan tetapi pada kenyataannya tidak banyak orang yang berhasil melewati masa – masa sulitnya dengan lancar dan kemudian bangkit kembali untuk mencapai cita-citanya. Dalam merealisasikan semua hal itu, sangat dibutuhkan semangat juang yang tinggi untuk kembali berdiri dengan kepala tegak agar bisa meniti jalan melewati semua rintangan yang menghalangi.
Sebagai umat Tao, kita membutuhkan mental yang membaja dan tidak tergoyahkan dalam menghadapi kegagalan. Selain itu, kita juga harus bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi kegagalan berikutnya di masa yang akan datang.
Dalam mencapai sebuah keberhasilan dibutuhkan banyak kegagalan sebagai pemicu untuk mencapai keberhasilan di dalam proses kehidupan ini. Kegagalan bukan berarti kita orang yang gagal, hanya butuh semangat dan menempa diri lebih keras untuk menjadi sukses. Dikarenakan hidup seseorang tidak berakhir saat dia gagal, tetapi berakhir ketika dia berhenti di satu titik.
Leave a Reply